Sabtu, 18 Januari 2014

Air Terjun Mayung Polak



Nusa tenggara barat kini telah menjelma sebagai salah satu icon priwisata Indonesia, propinsi ini terdiri dari 2 pulau besar yaitu pulau lombok dan pulau Sumbawa serta pulau2 kecil lainnya. Kedua pulau ini hampir memiliki ciri yang sama yakni dengan daerah pesir pantai yang menakjubkan, jika berbicara tentang pantai tentunya sangat banyak tempat yang menjadi pilihan khususnya di pulau Lombok,mungkin di antaranya pantai senggigi di Lombok barat, pantai kuta di Lombok tengah, dan yang paling tersohor 3 pulau kecil yaitu gili trawangan, gili meno, dan gili air yang ada di Lombok utara serta masih banyak lagi pantai-pantai excotic lainnya dipulau ini. Selain pantai pulau Lombok juga memiliki pemandangan yang menarik didaerah gunung dan hutan  yang salah satunya air terjun mayung polak.
            Air terjun mayung polak terletak di Kabupaten Lombok timur, kecamatan Pringgasela dan tepatnya  di desa Timbanuh dengan jarak 42 Km dari kota Mataram, air terjun ini sendiri  berada pada ketinggian 942m diatas permukaan laut dengan posisi 8°30’13.29”LS dan 116°26’46.06”BT yang masuk dalam kawasan taman nasional gunung rinjani.
   Sekilas Air terjun ini tidak terlihat seperti air terjun pada umumnya Karena hanya memiliki tinggi sekitar 3 meter saja namun, yang menjadi kelebihan air terjun ini adalah lokasi masih sangat terjaga ke alamiannya. Selain tenang tempat wisata air ini juga menyajikan pemandangan alam yang cukup indah, di sekitar aliran air ini banyak di tumbuhi berbagai macam  tanaman hutan yang diantaranya Beringin, (Ficus benyamina), Jelateng (Laportea stimulan), Jambu-jambuan (Syzigium sp),srawbery hutan (Frangaria vesca), Raspberry (Rubus strigosus), Pala Hutan (Myritica fatna), Buni Hutan (Antdesma sp), Imba (Azadiractha indica), Bajur (Pterospermum javanicum), Randu Hutan (Gossampinus heptophylla), Terep (Artocarpus elastica), Harending (Melastoma sp), Keruing Bunga (Dipterocrapus haseltii), Salam (Syzigium polyantha) dan Banyak dijumpai jenis tumbuhan seperti Anggrek (Vanda sp.), Meniran (Calicarpa sp), Kayu Jakut (Syzigium sp),  Menang/Garu (Dysoxylum sp), Sentul (Aglaia sp), Deduren (Aglaia argentea), Pandan (Pandanus tectorius), Paku Pandan (Asplenium nidus), Glagah (Saccharum spontaneum), Alang-alang (Imperata cylindrica), Paku-pakuan (Cyclocorus sp) dll. Sedangkan fauna/satwanya antara  lain,   Babi Hutan (Sus Scrofa), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Lutung (Tracyphitecus auratus cristatus), Ganggarangan Kecil (Vivvericula indica), Trenggiling (Manis javanica) Musang  Rinjani  (Paradoxurus- hermaproditus rhindjanicus), Leleko/Congkok (Felis bengalensis javanensis),  Trenggiling  (Manis javanica). Serta  Beberapa jenis burung diantaranya : Kakatua Jambul Kuning (Cacatua shulphurea parvula), Koakiau (Philemon buceroides neglectus), Perkici Dada Merah (Trichoglossus haematodus),  Isap Madu Topi Sisik (Lichmera lombokia), Punglor Kepala Merah (Zootera interpres), Punglor Kepala Hitam (Zootera doherty),elang  (Haliastur Indus) dll.
 
            Menurut  masyarakat sekitar bahwa masih terdapat lagi satu air terjun  dihutan timbanuh ini yang tingginya mencapai puluhan meter namun lokasinya jauh masuk kedalam hutan dan kini jalurnyapun sudah tak ditemukan lagi. Menurut mereka air terjun tersebut merupakan tempat untuk melepas dahaga bagi satwa/hewan yang hidup di hutan timbanuh ini. Konon ceritanya dari hewan yang ada di hutan belantara ini terdapat gerombolan kijang yang jumlahnya sangat banyak, yang suatu hari salah satu dari gerombolan kijang itu terjatuh kedalam jurang disekitar air terjun tersebut dan peristiwa itu mengakibatkan keempat kakinya patah sehingga gerombolannyapun terpaksa pergi dan membiarkan kijang itu sendiri. Dalam keadan sulit itu setelah beberapa hari terlwati kijang tersebut mulai merasa lemah dan kehausan, dengan sisa kemampuannya diseretkan tubuhnya untuk mencapai aliran air dan usahanya itu tidak sia2. Tidak jauh dari air terjun setelah ia puas minum kiajang itu kembali menyeret tubuhnya masuk kedalam air untuk membersihkan tubuhnya, dan dengan tiba2 saat itu kaki kijang tersebut  normal kembali  dan sembuh dengan ajaib, begitulah dongengnya dan tempat ini di namakan mayung polak, dalam bahasa setempat kata mayung berarti kijang dan kata polak artinya patah.